"Bukan berlimpah. Mungkin banyak, tapi belum tentu kaya, karena harus dibagi dengan 240 juta," katanya, dalam sebuah diskusi, Jumat (14/3/2014) lalu.
Sejauh ini pemanfaatan batubara untuk kebutuhan domestik baru sekitar 25 persen. Negara lain seperti China dan India mengimpor batubara dari Indonesia untuk mencukupi ketahanan energi mereka. Keduanya, memiliki cadangan batubara jauh lebih banyak ketimbang Indonesia.
Batubara, sambung Sukhyar, menjadi sumber daya alam Indonesia yang cadangannya paling tinggi dibanding lainnya. Namun demikian, ia khawatir jika tidak ada kebijakan kuota produksi dan peningkatan nilai tambah, ketersediaannya akan berkurang drastis.
"Dengan porsi yang semakin kecil, suatu saat bisa menjadi ketergantungan pihak lain. Padahal batubara itu paling tinggi diantara lainnya. Gas bumi, naturally akan melorot 2020, jika kita tidak dapatkan lumbung baru. PR kita juga meningkatkan penggunaan batubara," papar Sukhyar.
Ia berharap peran BUMN seperti PT PLN meningkat dalam menggunakan batubara. Hal itu dapat membantu mengurangi konsumsi BBM, di samping memberikan ruang bagi para pengusaha batubara ketika terjadi gejolak harga batubara dunia.
"Kebijakan saat ini dan ke depan kita perlu kendalikan produksi dan meningkatkan penggunaan. 6 bulan ke depan harga akan turun karena Amerika melepas batubaranya ke dunia, setelah ditemukan shell gass, yang harganya lebih murah. Afrika juga," ujarnya.
Kementerian ESDM kini tengah menyusun revisi peraturan pemerintah terkait batubara agar ada kepastian hukum pemanfaatan batubara. Sukhyar mencontohkan dengan pemanfaatan batubara cair (CTL) di pasar domestik, kerentanan jatuhnya harga bisa dikurangi.
"Kalau satu negara hanya mengandalkan sumber daya alam, akan mati perlahan. Maka tepat kebijakan nilai tambah di mineral, dan disusul nanti batubara," tukasnya.
Suber: http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2014/03/17/1017421/.Berlimpah.Belum.Tentu.Kaya.?utm_source=WP&utm_medium=box&utm_campaign=Kknwp
Tidak ada komentar:
Posting Komentar